Materi Biologi Tentang Sistem Reproduksi
Hai sobat biologi. Materi kali ini kita akan membahas tentang Sistem Reproduksi Pada Manusia. Materi ini akan diajarkan pada siswa kelas XI semester 2. Semoga artikel ini dapat bermanfaat yaaa…
A. Sistem Reproduksi Pria
Sistem reproduksi pada pria dimulai sejak terbentuknya hormon testosteron, yang biasanya dimulai ketika pria berumur 15 tahun.
Pada usia ini, testis sudah mulai memproduksi hormon testosteron yang memengaruhi pemasakan sel kelamin dan memengaruhi timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, misalnya tumbuhnya rambut kelamin. Sistem reproduksi pada pria terdiri atas testis, saluran kelamin, kelenjar tambahan, dan penis.
1. Testis
Testis mempunyai fungsi ganda yaitu menghasilkan spermatozoa dan menghasilkan hormon.
a. Struktur Testis
Testis berjumlah sepasang, berbentuk bulat telur. Testis terdapat dalam suatu kantong pelindung yang disebut buah pelir (skrotum) dan terletak di luar rongga perut.
Di dalam organ ini, terdapat tubulus seminiferus. Pada saluran ini banyak terdapat pembuluh-pembuluh halus dan merupakan tempat pembentukan spermatozoa. Tubulus seminiferus terdiri dari atas lapisan jaringan ikat fibrosa, lamina basalis, dan epitel germinal kompleks.
Pada epitel tubulus seminiferus terdapat dua jenis sel, yaitu sel yang merupakan garis keturunan spermatogenik dan sel sertoli.
b. Sel sebagai garis turunan spermatogenik
Sel yang merupakan garis turunan spermatogenik berperan dalam proses spermatogenesis. Sel tersebut akan membela beberapa kali dan berdiferensiasi membentuk spermatozoa. Proses tersebut berlangsung secara kesinambungan yang disebut proses spermatogenesis.
Berikut ini adalah proses pembentukan spermatogenesis;
Spermatogonium (merupakan sel benih primitif)-membelah secara metosis-spermatosit primer (mengandung 23 pasang kromosom)-membelah secara meosis1-2 spermatid sekunder haploid-membelah secara meosis II-2 spermatid haploid.
c. Sel Sertoli
Sel sertoli mempunyai fungsi utama sebagai berikut;
1). Menunjang, melindungi, dan mengatur nutrisi spermatozoa yang berkembang.
2). Fagositosis. Selama proses spermiogenesis terjadi kelebihan sitoplasma spermatid yang dilepaskan sebagai badan residu. Kelebihan ini kemudian difagositosis lisosom sel sertoli.
3). Sekresi. Sel sertoli mengeluarkan sekret berupa cairan protein pengikat androgen dibawah kendali FSH dan testoteron dan berfungsi memekatkan testoren dalam tubulus seminiferus.
4). Prokduksi hormon antimullerian. Hormon ini merupakan glikoprotein yang bekerja selama perkembangan embrional untuk memudahkan regresi saluran muller (paramesonefrus) dalam fetus laki-laki; testosteron membantu perkembengan stuktur yang diturunkan dari saluran mesonefros.
2. Saluran Kelamin
Saluran kelamin berfungsi untuk mengangkat spermatozoa yang dihasilkan dalam testis menuju penis. Saluran ini terdiri atas duktus epididimus, duktus deferens (vas deferen) dan uretra.
1. Duktus Epididimus
Duktus epididimus merupakan saluran panjang berbelok-belok yang terdapat dalam kantong skrotum. Di dalam saluran ini terjadi penyimpanan dan pematangan sperma. Duktus epididimus dilengkapi dengan otot polos dan kontraksinya akan membantu mendorong agar sperma dapat bergerak (berenang).
2. Duktus Deferens
Duktus deferens merupakan sepasang saluran berdinding otot tebal yang merupakan kelanjutan dari epididmus. Sebelum memasuki prostat, duktus deferens melebar, membentuk bagian yang disebut ampula. Pada bagian akhir, ampula akan bergabung dengan vesica (kandung mani). Setalah memasuki prostat, duktus deferens ini akan bermuara ke dalam uretra prostatika.
3. Kelenjar Kelamin Tambahan
Kelenjar kelamin tambahan pada sistem reproduksi pria meliputi vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra.
a. Vesikula Seminalis (Kandung Mani)
Vesikula seminalis berjumlah satu pasang, berbentuk kantong, dindingnya menghasilkan satu cairan berwarna kuning kental, mengandung bahan–bahan penggiat spermatozoa, seperti fruktosa, sitrat, inositol, prostaglandin, dan berbagai protein.
b. Kelenjar Prostat
Prostat menghasilkan cairan prostat dan disimpan di bagian dalam untuk dikeluarkan secara ejakulasi.
c. Kelenjar Bulbouretra (Kelenjar cowper)
Kelenjar ini terdapat dan bermuara di pangkal uretra, menghasilkan lendir bening yang berfungsi sebagai pelumas.
4. Penis
Penis merupakan alat kelamin bagian luar. Organ ini berperan sebagai alat kopulasi (persetubuhan). Di dalamnya terdapat saluran ejakulasi yang bertugas mengeluarkan spermatozoa menuju ke uretra dan disalurkan ke luar.
Ejakulasi adalah proses terpancarnya spermatozoa sewaktu terjadi kopulasi. Pada saat ejakulasi penis mengalami ereksi. Ereksi terjadi jika ada ransangan dari sumber parasimpatis yang memengaruhi relaksi dan pembuluh penis dan otot polos kavernosa.
Setelah ejakulasi selesai, maka aktifitas parasimpatis menurun, membuat penis kembali ke keadaan semula(lemas).
B. Sistem Reproduksi Pada Wanita
1. Alat-Alat Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita terdiri atas sepasang ovarium, sepasang oviduk (tuba uterina), uterus, vagina, dan genetalia eksterna.
Sistem ini mulai berfungsi sejak dimulainya menarche sampai menopause. Menarche adalah waktu pertama kali mendapatkan haid, sedangkan menopause adalah periode saat siklus menstruasi menjadi tidak teratur, dan akhirnya berhenti sama sekali.
Masa menarche biasanya dimulai pada saat wanita berusia sekitar 13 tahun. Pada masa itu, ovarium sudah mulai menghasilkan hormon estrogen yang memengaruhi pemasakan sel telur dan ovum.
a. Ovarium (Indung Telur)
Ovarium adalah organ berbentuk buah kenari dengan panjang sekitar 3 cm; lebar 1,5 cm; dan memiliki ketebalan 1 cm. Berjumlah sepasang, terdapat di dalam rongga badan di daerah pinggang sebelah kanan dan kiri.
Organ ini merupakan tempat pembentukan sel telur atau ovum. Pembentukan sel telur terjadi melalui pembentukan folikel telur. Jika folikel telur masak (ukuran besar, berisi cairan), maka folikel telur akan pecah dan sel telur terlempar keluar ovarium.
Peristiwa ini disebut Ovulasi yang terjadi sekali dalam setiap bulan yang pada umumya hanya satu telur yang di ovulasikan. Sel telur yang telah diovulasikan hanya dapat hidup dalam waktu 24 jam.
b. Oviduk (tuba uterina)
Oviduk sering disebut tuba fallopi. Oviduk adalah tabung berotot yang mudah digerakan dengan panjang kira-kira 12 cm yang merupakan saluran yang menghubungkan antara ovarium dan uterus (rahim). Saluran telur berjumlah sepasang pangkalnya berbentuk sebagai corong berjumbai (fimbriae) yang bertugas menangkap sel telur.
c. Uterus (rahim)
Uterus adalah sebuah organ yang berbentuk buah alpukat terdiri atas bagian korpus (badan) dan serviks (leher rahim). Dinding uterus relatif tebal dan tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan serurosa atau atventisia (jaringan ikat), lapisan miometrium (lapisan otot polos yang tebal), dan lapisan endometrium atau mukosa uterus.
Serviks adalah bagian uterus terbawa yang berbentuk silindris, tersusun atas jaringan ikat padat (85%) dan sedikit serat otot polos. Mukosa serviks mengandung kelenjar serviks mukosa, yang akan mengelupas selama menstruasi.
Sekret serviks berperan penting dalam pembuahan ovum. Pada saat ovulasi, sekret mukosa bersifat cair sehingga memungkinkan spermatozoa masuk ke uterus. Pada masa kehamilan, sekret mukosa bersifat kental dan mencegah masuknya mikroorganisme, termasuk sperma, ke dalam korpus uteri.
Pada endrometrium terdapat banyak mukosa dan mengandung banyak pembuluh darah. Lapisan inilah yang akan mengelupas jika tidak terdapat zigot yang diimplantasi di dalam uterus. Pengelupasan endometrium yang bersamaan dengan luruhnya ovum yang tidak dibuahi ini disebut menstruasi.
Siklus menstruasi sering disebut sebagai siklus reproduksi pada manusiav(wanita). Menstruasi dapat diartikan sebagai peluruhan sel telur yang tidak terbuahi bersama lapisan dinding uterus selama periode tertentu. Siklus reproduksi ini bervariasi, namun pada umumnya berkisar antara 28 hari.
Siklus menstruasi dimulai kira-kira sejak umur 12 tahun (menarche) hingga berumur 45–50 tahun (masa menopause).
Siklus menstruasi dibedakan menjadi 3 fase sebagai berikut;
1. Fase Ploriferasi
Fase ini juga dikenal sebagai fase polikular karena bertepatan dengan pembentukan poliovarium dan produksi estrogen. Estrogen merangsang perbaikan endometrium yang terkelupas saat menstruasi. Selama fase ini sel-sel akan menimbun lebih banyak retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi sebagai persiapan untuk aktivitas sekresi.
2. Fase Sekresi
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan bergantung pada progesteron yang disekresi oleh korpus luteum. Progesteron akan merangsang sel kelenjar untuk menghasilkan glikoprotein yang merupakan sumber utama nutrisi sebelum embrio implantasi periode ini disebut fase luteal. Jika tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum berdegenerasi sehingga hormon progesteron dan estrogen menghilang.
3. Fase Menstruasi
Hilangnya estrogen dan progesteron menyebabkan endrometrium mengalami degenerasi. Pada fase ini, pembuluh darah pecah dan mulailah pendarahan. Darah yang dikeluarkan disebut darah haid. Pada akhir fase menstruasi, endometrium hanya tersisa pada lapisan basal yang sangat tipis.
d. Vagina
Vagina merupakan tabung berlapiskan otot yang terdiri atas tiga lapisan yaitu mukosa, mukolar, dan adventisia. Dinding vagina tidak mengandung kelenjar, lendir yang dihasilkan berasal dari serviks uterus.
e. Genetalia eksterna
Genetalia eksterna wanita terdiri atas klitoris, labia minora, labia mayora, dan beberapa kelenjar yang bermuara dalam vestibulum (glandula vestibularis). Glandula Vestibularis dikelompokkan dalam glandula vestibularis mayor atau kelenjar bartholin yang terletak di kiri kanan vestibulum dan glandula vestibularis minor yang tersebar di sekitar uretra dan klitoris.
2. Kehamilan
Pembuahan terjadi ketika satu dari 200-300 juta sperma yang dipancarkan saat populasi berhasil menembus kulit sel telur yang disebut zona pelusida. Zona ini tersusun atas glikoprotein yang melindungi sel telur. Selain itu, glikoprotein juga mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma.
Rombongan spermatozoa bergerak cepat menuju uterus (rahim) dan selanjutnya masuk ke saluran telur. Pergerakan ini terjadi oleh kemampuan spermatozoa berenang, terutama karena gerakan ekornya, selain dibantu oleh kontraksi otot-otot dinding uterus dan saluran telur.
Setelah terjadi fertilisasi, ovum akan melepaskan zat PAF (platelet activating facto) yang membuat inti sel ovum dan inti spermatozoa menjalani fasesintesi DNA. Nah, penyatuan antara ovum dan spermatozoa inilah yang menjadi tonggak pertama pembentukan manusia baru. Proses ini memungkinkan kromosom-kromosom dari masing-masing inti sel ovum dan spermatozoa melebur dan memadukan semua gen, ciri fisik, sifat, temperamen dari ayah dan ibu dari anak keturunannya. Fase tersebut merupakan fase pembuahan
3. Pembentukan Organ Tubuh
Dalam kurun waktu tiga hari, hasil kosepsi ini berada di ampula tuba fallopi (bagian ujung saluran telur). Ovum yang telah dibuahi selanjutnya membelah menjadi dua sel kembar, yang dilanjutkan dengan pembelahan biner hingga akhirnya tercapai 64 sel yang menyerupai serentetan buah anggur yang disebu morula.
Pada saat yang sama, hasil konsepsi tersebut bergerak menuju isthmus tuba (saluran tersempit yang memanjang dan menciut antara pangkal saluran telur dan bagisn pojok uterus). Dengan bantuan hormon oleh uterus, morula memasuki rongga uterus (rahim). Setelah sampai di uterus, maka morula berubah menjadi blastula. Blastula kemudian melakukan implantasi pada desidua basalisa (selaput lendir dan endometrium dalam dinding uterus).
4. Hormon Yang Berperan Pada Masa Kehamilan
Hormon yang berperan selama masa kehamilan antara lain:
a. Hormon Estrogen Dan Progesteron. Hormon ini berperan dalam proses implantasi morula pada dinding uterus (rahim).
b. Hormon prolaktin atau laktogen. Hormon laktogen berkaitan dengan produksi air susu di kelenjar mamae. Selain itu hormon ini juga mengatur distribusi makanan ke embrio dalam uterus.
c. Hormon human khorionik gonadotropin. Hormon ini dihasilkan dari plasenta, berguna untuk menggantikan korpus luteum.
d. Hormon relaksin. Hormon relaksin mengatur fliksibilitas alat-alat kelamin sehingga memperlancar proses kehamilan dan mempermudah pada proses persalinan
5. Persalinan
Secara medis persalinan diawali dengan his (kontraksi). Proses ini diikuti dengan keluarnya lendir bersama darah sebagai akibat pecahnya pembulu kapiler di sekitar dinding uterus karena mulut rahim mulai terbuka.
Proses membukanya mulut rahim dibagi dalam dua fase yaitu fase laten (mulut rahim membuka 3 cm) dan fase aktif (mulut rahim membuka penuh sekitar 10 cm. Setelah mulut rahim membuka hampir penuh atau penuh maka cairan amnion (ketuban) pecah.
Setelah bayi lahir, uterus akan terasa keras selanjutnya akan terjadi kontraksi untuk melepaskan plasentra atau ari-ari dari dinding rahim. Biasanya plasenta akan terlepas 6-15 menit setelah bayi lahir.
6. Hormon yang berperan dalam persalinan
Hormon yang mengatur prosses persalinan antara lain:
a. Hormon relaksin. Berperan dalam mengatur fleksibilitas alat-alat kelamin pada saat persalinan
b. Hormon estrogen. Hormon ini menghambat pengaruh hormon progesteron dalam kontraksi diding rahim
c. Hormon prostaglandin. Dihasilkan oleh semua sel untuk mengatasi pengaruh progesterone.
d. Hormon Oksitosin. Berperan dalam kontraksi dinding uterus (rahim)
7. Kontrasepsi
Pertumbuhan populasi penduduk indonesia terjadi sangat pesat. Oleh karna itu pemerintah menganjurkan program keluarga berencana (KB). Pengaturan tersebut dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu;
1. Tanpa alat bantu (caranya yaitu dengan koitus pada masa subur wanita. Metode ini dikenal dengan nama sistem kalender)
2. Menggunakan alat bantu ( alat bantu yang sering digunakan antara lain kondom, susuk/implant, pil KB, suntikan, jeli,busa, spons dll)
3. Sterilisasi (dilakukan dengan cara mengikat atau memutuskan saluran sperma/vas deferens yang dikenal dengan istilah vasektomi dan pada wanita memutuskan tabung fallopi yang dikenal dengan istilah tubektomi.
8. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Laktasi adalah fase pemeliharaan dan perawatan bayi yang salah satunya memberikan air susu ibu (ASI). Selama kehamilan estrogen dan progesteron beraksi mengembangkan sistem kelenjar mamae atau kelenjar susu.
C. Gangguan Pada Sistem Reproduksi Manusia
Gangguan Pada sistem reproduksi adalah antara lain:
1. Tumor Testis. Tumor testis dari sel benih sel leyding atau sel sertoli. Tumor ini dapat menyekresikan hormon steroid yang menghasilkan gejala endokrin khas.
2. Hipertrofi Prostat Benigna. Terjadi pada 50% laki-laki yang berusia dari 50 tahun. Tumor ganas prostat merupakan bentuk kanker kedua yang paling sering ditemukan pada pria. penyebabnya akan menyebabkan kematian.
3. Kegagalan Penurunan Testis (Cryptorchidism). Keadaan ini menyebabkan terhambatnya spermatogenesis. Jika keadaan berlanjut, hal ini menyebabkan steril walaupun penderita mampu mengembangkan cirri kelamin sekunder pria dan dapat ereksi.
4. Sindrom Silia Imotil (Sindrom katagener). Sindrom ini disebabkan oleh tidak adanya dinein atau protein lain untuk motilitas flagela dalam spermatozoa. Penyakit ini biasanya bersama dengan infeksi pernapasan menahun.
5. Kehamilan Ektopik. Suatu kelainan dengan embrio yang berimplantasi dalam tuba uterina. Karana diameter yang kecil oviduk tidak dapat menampung pertumbuhan embrio selama kehamilan ektopik. Hal ini menyebabkan pendarahan yang hebat pada ibu.
6. Kanker Leher rahim (Karsinoma Serviks). Kanker leher rahim adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya sel kanker pada leher rahim. Sel ini berasal dari epitel berlapis gepeng.
Sekian dulu sobat materi tentang Sistem Reproduksi Pada Manusia. Terima kasih semuanya. Salam Merdeka Belajar!
Penulis; Martha Paol Nabu
Referensi; Ririn, Safitri. 2016. Biologi Untuk SMA/MA XI. Surakarta. Mediatama
Ninik, Suspriyati. 2012. Biologi Untuk SMA/MA XI. Sidoarjo. Masmedia
Posting Komentar untuk "Materi Biologi Tentang Sistem Reproduksi"